BeritaSumedang Majalengka

Jelang PTM Terbatas, Ini 3 Alternatif yang Disiapkan Dinas Pendidikan Sumedang

JURNALSUMA.COM.,SUMEDANG – Terkait wacana jelang Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Tahun ajaran baru 2021/2022 yang akan di mulai pada 19 Juli 2021 mendatang. Dinas pendidiikan Kabupaten Sumedang masih melakukan kajian dan konsultasi serta menunggu keputusan dari Satgas Covid Kabupaten mengingat terjadinya lonjakan angka kasus Covid-19 di wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, Agus Wahidin mengatakan, dengan kondisi tersebut jelang tahun ajaran baru 2021/2022 pihaknya telah menyiapkan 3 alternatif dengan 7 strategi tehnik pembelajaran yang bersifat komplementer saling melengkapi dan bisa di pilih oleh masing-masing Sekolah.

“7 strategi pembelajaran yang akan digunakan yaitu, belajar melalui virtual, belajar thematik, belajar melalui LKS atau modul, guru yang berkunjung atau home visit, melalui televisi, radio, melalui media sosial, dan penugasan,” kata Agus, Selasa (22/6/2021).

Agus mengatakan, Metode 7 strategi pembelajaran akan di tambah dengan penguatan metode lainnya yaitu, Parenting dimana orang tua bisa berkunsultasi dengan guru bagaimana cara menyampaikan pembelajaran terhadap anak. Kemudian Territory Learnig Community (TLC) yaitu guru melakukan pembinaan terhadap anak-anak usia sekolah di lingkungannya masing-masing meski bukan peserta didiknya di sekolah.

“Jadi guru SMP dilingkungannya bisa turut membina murid SD, SMP, bahkan anak PAUD dan tujuannya bukan mengajar tetapi membina, mengecek pelajarannya, tugasnya apa, kesulitannya apa, memberi motivasi, penanaman sikap dan prilaku,” katanya.

Lebih lanjut Agus menyampaikan, dimasa pandemi dengan kondisi darurat orientasi pendidikan tidak hanya mencakup kepada ketercapaian kurikulum saja tetapi lebih kepada penekanan kecakapan hidup, pengalaman baru yang bermakna, kemudian penguatan karakter dan budi pekerti yang di Sumedang sendiri di beri nama cerdas eksotik yaitu anak cerdas, ekspresip, soleh dan beretika dengan penguatan perkasa yaitu pendidikan berbasis kasih sayang.

“Jadi anak-anak di kondisi seperti ini lebih pendekatan kepada karakter. Bagaimana anak-anak mampuh menunjukan jati diri yang lebih berani, yang lebih mandiri, kreatif dan inovatif,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button