BeritaSumedangWisata & Budaya

Meriahnya Upacara Ngalaksa dan Tarawangsa yang Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

JURNAL SUMA.COM., SUMEDANG – Upacara adat ngalaksa kembali digelar oleh Rurukan atau turunan masyarakat adat di Rancakalong, di kawasan Desa Wisata Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang Jawa Barat, Selasa (2/7/2024).

Kegiatan tersebut dihadir unsur Forkopimda Sumedang serta Forkopimcam Rancakalong, yang sekaligus membuka rangkaian upacara adat Ngalaksa oleh penjabat Bupati Sumedang, Yudia Ramli.

Pembukaan upacara adat ngalaksa yang rutin digelar setiap tahun ini, diisi sejumlah pertunjukan seni budaya, seperti pagelaran Nyi Pohaci Ngaraksa Diri, seni Tarawangsa, Pencak Silat, seni Reak, hingga Kuda Renggong.

Penjabat Bupati Sumedang Yudia mengatakan, upacara adat Ngalaksa dan seni Tarawangsa sebagai WBTB merupakan langkah penting dalam melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya nusantara.

“Upacara adat seperti Ngalaksa dan Seni Tarawangsa merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya bangsa kita. Ini warisan budaya yang tidak hanya diakui masyarakatnya, tetapi juga diakui oleh pemerintah, bahkan dunia,” katanya.

Pj Bupati mengapresiasi para pelaku seni Tarawangsa yang akan tampil di negara Jerman dan Denmark. Melalui pengakuan dunia tersebut diharapkan generasi mendatang dapat merawat dan menjaga warisan budaya yang telah turun-temurun ini.

“Diharapkan hal ini dapat memberikan dorongan bagi warga masyarakat Rancakalong untuk terus melestarikan tradisi adat mereka dalam kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Sumedang,” tuturnya.

Sementara itu Ketua Rurukan Desa Cibunar, Odang Suryana mengatakan, upacara adat Ngalaksa dilakukan secara bergiliran oleh lima rurukan atau turunan masyarakat adat di Rancakalong. Event Ngalaksa tahun ini, dilaksanakan oleh Rurukan dari desa Cibunar sebagai turunan ke 7.

Upacara adat ngalaksa sendiri, digelar selama satu minggu kedepan yang diisi sejumlah kegiatan, Salah satunya tarian rengkong yang diiringi tarian tradisional ngalaksa dengan membawa padi ke dalam lumbung.

Nantinya, padi tersebut akan diolah masyarakat menjadi tepung beras untuk selanjutnya dibuat laksa. Laksa tersebut mencerminkan ungkapan rasa syukur atas panen padi melimpah serta keberhasilan panen berikutnya.

Pembuatan laksa, akan dilaksanakan di hari terkahir upacara adat ngalaksa, tepatnya pada hari Minggu 7 Juli 2024 nanti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button