
JURNAL SUMA.COM., SUMEDANG – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Sumedang kini menjadi pusat inovasi bagi warga binaan melalui kegiatan kemandirian berupa pelatihan merajut dari sabut kelapa. Rajutan sabut kelapa hasil warga binaan tersebut akan diekspor ke Belgia.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari program pembinaan kemandirian di Lapas Sumedang yang bekerja sama dengan PT Agri Lestari Garut.
Y, salah satu warga binaan Lapas Sumedang mengungkapkan, ia yang baru 5 bulan tinggal di Lapas awalnya tidak bisa merajut. Namun berkat arahan dari petugas, dirinya pun kini dapat membuat rajutan dengan lancar.
“Ini rajutan dari serut kelapa yang dibuat untuk dasar pembuatan atap seperti tenda. Sebelum ikut merajut saya diberikan arahan oleh petugas lapas. Sebelumnya saya tidak bisa merajut, namun berkat arahan dari petugas, saya kini dapat membuat rajutan dengan lancar tanpa ada kesulitan,” kata Y, Sabtu (19/10/2024).
Dalam sehari, warga binaan rata-rata bisa menghasilkan dua hingga tiga rajutan berukuran 3×3 meter, yang dimulai dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 16.00 sore.
“Alhamdulillah khususnya bagi kami warga binaan kesehariannya selalu ada kegiatan jadi tidak terlalu fokus dengan kegiatan yang itu-itu saja. Adanya rajutan ini saya merasa terbantu dan bisa menambahkan skill cara merajut, yang tadinya tidak tahu terus saya sekarang tahu berkat petugas yang ada di sini,” ungkapnya.
Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan, tetapi juga menjadi ajang untuk silaturahmi antara warga binaan. Ia berharap Lapas Sumedang semakin maju, dan proses pengerjaan rajutan dapat berjalan lancar.
“Harapannya Lapas Sumedang bisa lebih maju lancar terus waktu pengerjaannya. Kalau harganya relatif dari Rp 15 ribu sampai Rp 24 ribu satu lembarnya, tergantung jenis dan tingkat kesulitannya,” harapannya.
Sementara itu Kalapas Sumedang, Ratri Eko Handoyo Saputro mengungkapkan, kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta yang dibagi menjadi 14-15 kelompok, masing-masing terdiri dari 2-3 warga binaan.
“Saat ini diikuti oleh 30 peserta untuk melaksanakan rajut kelapa ini, dan insyallah dari hasil kegiatan ini kita sudah bekerjasama dengan pihak perusahaan tersebut untuk kita ditarget melaksanakan ekspor barang ini ke negara Belgia,” kata Ratri.
Target dari kegiatan ini adalah mengekspor 640 produk rajutan ke Belgia, berkat dukungan perusahaan yang siap mengirim barang langsung dari Sumedang. Menurut Ratri, dalam pelatihan ini, para peserta berpeluang menghasilkan 3-4 rajutan per hari ukuran 3×3 meter dengan harga bervariasi, antara Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per meter.
“Dari perusahaan kita ditarget untuk 640 pcs rajutan sabut kelapa yang diberangkatkan dari Sumedang untuk ekspor ke Belgia. Mereka kan di sini sistemnya itu dibagi sekitar 14 atau 15 kelompok, dari kelompok itu ada 3 sampai 2 warga binaan. Jadi dari mereka misalnya sehari bisa menghasilkan 3 atau 4 rajutan akan dihargai per meternya dari perusahaan itu variatif,” ungkap Ratri.
Pembayaran dilakukan setiap minggu melalui rekening Brizzi, sehingga warga binaan dapat menghasilkan uang secara mandiri tanpa membebani keluarga mereka di luar. Kegiatan ini tidak hanya memberikan peluang kerja, namun mendorong semangat mereka untuk mandiri dan menghasilkan uang halal.
“Jadi mereka sebelum bekerja diarahkan dulu untuk membuat rekening Brizzi jadi itu honor langsung masuk ke mereka. Jadi teman-teman di sini bisa menghasilkan uang langsung tanpa membebani lagi keluarganya masing-masing,”
“Dengan usaha mereka sendiri di dalam Lapas itu hasilnya juga untuk mereka, iya Alhamdulillah cukup misalnya membeli sabun cuci, kopi, rokok, Indomie dan lain sebagainya jadi tidak perlu lagi merepotkan keluarganya, belum tentu keluarga mereka yang ada di luar mempunyai uang,” tambahnya.
Ratri menjelaskan, pelatihan ini telah berlangsung selama tiga bulan dan diharapkan dapat berlanjut setelah mereka bebas. Dengan cara ini, mereka dapat terus berkontribusi secara ekonomi, baik di dalam maupun di luar Lapas.
“Saya sampaikan terus kepada mereka jangan sampai menyusahkan keluarga, tapi kalian juga bisa menghasilkan jeri payah dari keringet mereka sendiri itu untuk mendapatkan uang yang halal,” ujarnya.
Kegiatan ini juga merupakan hasil dari silaturahmi yang baik antara petugas Lapas dan pihak perusahaan, yang memiliki komitmen untuk mendukung program pembinaan di dalam Lapas.
“Yang paling penting teman-teman ini jika nanti sudah bebas mereka juga diberikan kesempatan mengikuti kegiatan yang seperti ini di rumahnya masing-masing. Jadi nanti mereka minta bahannya kita kirim dan jika sudah selesai mereka sudah mendapatkan banyak hasilnya bisa kembali di kirim ke lapas atau juga bisa langsung dibayar oleh perusahaan,” pungkasnya.