
JURNAL SUMA.COM., SUMEDANG – Cuaca buruk membuat tanaman cabai di Desa Sukawangi Kecamatan Pamulihan banyak yang busuk. Kondisi ini membuat para petani gagal panen, sehingga berdampak pada mahalnya harga cabai di pasaran.
Petani cabai pun terpaksa memangkas bahkan mencabut tanaman cabai yang membusuk, akibat kurangnya pasokan air saat awal tanam pada musim kemarau lalu.
Salah seorang petani cabai, Anen Sutisna (57) mengatakan, tanamannya banyak yang mati akibat terendam air, dampak dari tingginya curah hujan.
“Tanaman saya sama banyak yang mati. Yang ditanam di daerah jalan saja banyak yang mati, apalagi yang ditanamnya di daerah pesawahan kalau terendam air hampir mati semua,” kata Anen, Selasa (14/1/2025).
Para petani di Desa Sukawangi, kata Anen, beberapa diantaranya menanam cabai jenis domba atau rawit merah. Ia menggambarkan areal kebun miliknya, dari total luas 250 meter persegi, 25 persennya gagal panen.
“Faktor penyebab matinya tanaman kami ini cuaca ekstrem, itu penyebab utama. Akibat cuaca ekstrem tanaman jadi layu batangnya, busuk buahnya, busuk akar, sehingga terjadilah penurunan kualitas produksi dari petani,” ujarnya.
Dikatakan, akibat penurunan jumlah produksi tersebut, harga cabai pun melonjak di pasaran. Saat ini harga cabai di tingkat petani sendiri di kisaran Rp 80 ribu per kilogram. Sementara dipasaran harga cabai domba tembus Rp 120 ribu per kilogram.
“Karena penurunan produksi itu maka harganya bagus atau naik. Harapan kami sebagai petani harganya tetap mahal, tapi kalau sedang panen raya begini kan nggak mungkin mahal terus. Jadi harapan kami harganya mahal, kualitas tanamannya juga bagus,” ucapnya.