
JURNAL SUMA.COM., SUMEDANG – Kepala Pelaksanaan BPBD Kabupaten Sumedang, Atang Sutarno, menyatakan bahwa daerah Sumedang memiliki potensi bencana alam dengan tingkat risiko yang tinggi, mencakup hampir 70 hingga 80 persen wilayahnya.
“Sumedang merupakan daerah yang banyak terdapat gunung dan bukit, sehingga memiliki potensi bencana alam yang menengah tinggi,” kata Atang, Sabtu (18/1/2025).
Salah satu tantangan besar yang dihadapi, adalah musim penghujan yang memicu bencana seperti banjir dan longsor. Ia menjelaskan, potensi bencana di Sumedang sangat bervariasi.
Atang menambahkan, wilayah yang rawan banjir antara lain Kecamatan Ujungjaya, Tomo, dan Wado, sementara daerah yang rawan longsor dan pergerakan tanah meliputi Cimanggung, Tanjungsari, dan Jatinangor. Khususnya di Kecamatan Cimanggung, pada tahun 2021, bencana longsor mengakibatkan sekitar 40 jiwa korban jiwa.
“Cimanggung menjadi daerah dengan pergerakan tanah tertinggi, dan kami bersama instansi terkait, termasuk TNI/Polri, serta ilmuwan, terus memantau kondisi di sana dengan memasang peralatan deteksi longsor,” tambahnya.
Untuk wilayah Ujungjaya, BPBD Sumedang telah bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan pengelola air setempat, karena daerah ini sangat rawan banjir.
“Ketika musim hujan itu cepat sekali air naik, dan itu per sekali banjir. Dan disaat musim kemarau baru masuk saja itu sudah mengalami musim kekeringan,” ungkapnya.
Atang mengingatkan potensi bencana banjir bandang di kawasan wisata Citengah, dengan berbagai langkah mitigasi yang sudah dilakukan, termasuk pemasangan alat pemantau ketinggian air yang bekerjasama dengan BRIN dan Universitas Indonesia.
“Adapun untuk bencana banjir bandang yang sangat potensi itu di daerah wisata citengah. Oleh karena itu kami di sana mengimbau dan memasang alat untuk memantau pergerakan ketinggian air, kerjasama dengan BRIN dan Universitas Indonesia” ujarnya.
Selain itu, BPBD Sumedang juga mewaspadai jalur Cadas Pangeran yang rawan pohon tumbang dan longsor. Meskipun sudah dilakukan rekayasa dengan penebangan pohon rawan tumbang, masyarakat diminta tetap berhati-hati saat melewati jalur tersebut.
“Cadas Pangeran itu rawan terhadap pohon tumbang dan juga longsor. Oleh karena itu kami menyampaikan kepada warga masyarakat untuk berhati-hati, walaupun di sana kami sudah nyatakan aman” tukasnya.
Atang menambahkan, BPBD Sumedang aktif melakukan sosialisasi terkait mitigasi bencana kepada masyarakat, baik melalui media elektronik dan cetak maupun secara langsung di desa-desa.
“Kami juga memasang spanduk dan rambu-rambu di sepanjang jalan di 26 kecamatan untuk memberikan informasi tentang jalur evakuasi dan langkah-langkah mitigasi bencana,” ungkapnya.
Selain itu, BPBD Sumedang menggandeng masyarakat melalui Desa Tangguh Bencana (Destana) dan relawan lokal untuk memastikan kesiapsiagaan bersama dalam menghadapi bencana.
“Karena penanggulangan bencana tidak bisa hanya mengandalkan BPBD, kami mengajak masyarakat untuk berperan aktif,” tegas Atang.
Dengan langkah-langkah tersebut, BPBD Sumedang berharap dapat mengurangi dampak bencana dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana di wilayah rawan.