JURNAL SUMA.COM., SUMEDANG – Terasering sawah bertingkat setinggi 40 meter dengan lebar 150 meter longsor dan menimbun sedikitnya 600 bata atau 8.400 meter persegi areal persawahan warga di Blok Lamping Dangder, Lingkungan Cilipung, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang Jawa Barat, Minggu (1/12/2024) kemarin.
Selain merusak areal persawahan, kondisi diperparah dengan tertimbunnya Sungai Cipicung yang merupakan aliran irigasi persawahan warga, hingga mengancam puluhan hektar sawah tidak terairi.
Pantauan di lokasi pada Senin (2/12/2024) pasca longsoran, sejumlah petani tengah memanen padi yang masih bisa diselamatkan di area longsoran. warga juga bergotong-royong membuka aliran sungai yang tersumbat akibat tertimbun material tanah longsoran.
Menurut warga setempat yang juga pemilik dari salah satu bidang sawah, Enjang Ata, longsor terjadi sekitar pukul 13.30 WIB kemarin saat cuaca sedang tidak hujan. Kejadian bermula ketika terdengar suara gemuruh yang mirip dengan petir.
“Posisi saya lagi jemur padi terus kedengaran gemuruh seperti petir, kondisi saat itu tidak hujan masih panas,” kata Enjang.
Ketika warga melihat ke arah lokasi longsor, kata Enjang, tanah di sana tampak bergerak maju, yang kemudian disusul dengan teriakan bahwa seorang petani yang sedang menjemur padi tertimbun. Beruntung, korban dapat segera dievakuasi dan tidak mengalami luka serius, meskipun sebagian padinya ikut terbawa tanah.
“Alhamdulillah orangnya selamat, cuma sebagian padi yang sedang dijemur kebawa tanah,” kata warga.
Dikatakan Enjang, tanaman padi yang tertimbun baru saja dipanen, sehingga sebagian besar padi sudah bisa diselamatkan. Saat ini, para petani yang terdampak longsor tengah berusaha menyelamatkan sisa jemuran padi yang masih tertinggal atau yang belum sempat diambil saat kejadian.
“Saat ini pasca longsoran para petani sedang menyelamatkan jemuran padi mereka yang tidak ke kubur oleh tanah longsoran, jadi diambilin lagi. Karena pas kejadian di sini ada yang sedang menjemur padi. Luas longsoran kurang lebih 600 bata atau 600 tumbak,” katanya.
Kejadian longsor ini bukan pertama kali terjadi di wilayah tersebut. Enjang menyebutkan bahwa daerah ini memang rawan longsor, terutama setelah adanya peristiwa sebelumnya, di mana pohon-pohon dari atas bukit terbawa ke bawah.
“Namun, longsor kali ini lebih besar dan bahkan menutup saluran air utama yang mengaliri sawah-sawah di bawahnya. Diperkirakan, sekitar 30 hingga 50 hektar sawah terancam terganggu pasokan airnya,” ujarnya.
Sementara itu dikatakan warga lainnya, Rahmat, pada saat kejadian dirinya tengah berada di dalam rumah sedang beres-beres. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang keras, diikuti dengan teriakan panik dari warga sekitar.
“Pas kejadian itu terdengar suara gemuruh terus warga pada teriak dikirain ada banjir bandang, pas kelihatan dari luar rumah ternyata yang terjadi adalah longsor sawah,” kata Rahmat.
Rahmat menuturkan, lokasi longsoran yang sangat dekat dengan permukiman, membuat warga merasa cemas dan takut. Banyak di antara mereka yang mengaku merasa takut tidak bisa tidur, karena kejadian tersebut mengingatkan mereka pada peristiwa serupa yang pernah terjadi sebelumnya.
“Setelah kejadian ini, kami jadi lebih waspada, terutama jika hujan turun lagi. Kami khawatir longsoran bisa terjadi lagi,” ungkapnya.
Wilayah Kabupaten Sumedang sendiri, terus diguyur hujan selama satu pekan terakhir. Cuaca yang berubah jelang siang hari, membuat warga dan petani khawatir saat beraktivitas di pesawahan. Sementara dalam edarannya, BPBD Sumedang mengimbau warga untuk waspada lantaran Sumedang tergolong wilayah rawan longsor.