BeritaHeadlinePeristiwaSumedang

Siswa SD Belajar di Tenda Terpal Akibat Bangunannya Rusak Imbas Gempa Sumedang

JURNAL SUMA.COM., SUMEDANG – Dampak rentetan gempa yang menguncang Sumedang beberapa waktu lalu, rupanya masih dirasakan hingga kini. Seperti yang dialami puluhan siswa SD Negeri Sudapati di Desa Pajagan, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang Jawa Barat, yang terpaksa belajar di luar ruangan, seperti dibawah tenda, dan di teras atau selasar sekolah.

Pantauan di lapangan, puluhan siswa harus belajar dibawah naungan tenda yang terbuat dari terpal. Sementara beberapa siswa lainnya, belajar di teras tanpa meja dan kursi.

Hal tersebut terpaksa dilakukan pihak sekolah karena kondisi bangunan yang sangat memperhatikan. Dinding di tengah salah satu ruangan ambruk, plafon bolong sana-sini, kayu-kayu lapuk dan rusak dimakan rayap, hingga dinding retak-retak.

Ruangan-ruangan yang rusak tersebut sudah tidak digunakan untum aktivitas belajar mengajar.

“Ada empat ruangan yang dindingnya ambruk, karena pararel empat ruangan, jadi dikosongkan,” kata salah seorang guru, Teti Darwati, Rabu (17/1/2024).

Siswa SD Belajar di Tenda Terpal Akibat Bangunannya Rusak Imbas Gempa Sumedang, Jurnal Suma

Ia mengatakan, kondisi gedung yang memang telah lama belum tersentuh anggaran perbaikan sekolah, ditambah terkena dampak gempa menjadikannya kian hari kian mengancam keselamatan siswa. Dari lima ruang belajar yang ada, empat diantaranya tidak bisa digunakan.

“Ruang kelas yang terdampak ini sudah 17 tahun tidak mendapatkan rehab ditambah kemarin ada gempa dan pas kami cek saat masuk sekolah ternyata ditemukan ada retakan dan retakan baru, jadi bukan retakan lama tapi retakan baru,” ujarnya.

Teti menuturkan, retakan akibat gempa yang menimpa ruang kelas tersebut terus bertambah parah setiap harinya. Bahkan, ada salah satu tembok ruangan yang ambruk.
“Retakannya terus bercabang kiri kanan, kemudian temboknya berjatuhan dan akhirnya ambruk,” katanya.

Dampaknya, kegiatan belajar mengajar pun terpaksa dilaksanakan di halaman sekolah dengan bernaungkan tenda terpal. Hal itu lantaran kondisi bangunan telah mengancam keselamatan siswa.

“Kalau belajar di tenda baru hari ini. Awalnya belajar di selasar (teras) tapi karena kondisi bangunannya tidak dapat diprediksi dan takut juga (ambruk) jadi terpaksa lebih memilih belajar di tenda,” ungkapnya.

Disebutkan, pilihan belajar di luar ruangan sudah didiskusikan malam sebelumnya bersama para guru, orangtua, hingga pengawas. Bantuan terpal pun datang dari anggota salah satu ormas di Cisitu.

“Belajar di luar ruangan ini karena kami khawatir atap atau temboknya kapan saja bisa ambruk. Bantuan terpal datang dari AMS (Angkatan Muda Siliwangi) karena mungkin ada yang melihat status (Whatsapp) kami,” ucapnya.

Teti menyebut, dari sebanyak 68 siswa yang ada, siswa dari kelas 3, kelas 4 dan kelas 6 di antaranya terpaksa belajar dibawah terpal. Kelas dua di teras, sedangkan kelas 5 yang siswanya empat orang belajar di ruang UKS yang berukuran kecil.

“Dari lima ruang kelas, ada empat ruang kelas yang tidak dapat difungsikan dan kelas 5 belajar di ruang UKS,” ujarnya.

Para guru berharap Pemda Kabupaten Sumedang dapat segera melakukan perbaikan sekolah agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan kondusif.

“Para guru berharap pemerintah bisa segera menindak lanjuti agar ruangan kelas bisa difungsikan kembali. Pengajuan untuk perbaikan telah kami ajukan,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button