JURNALSUMA.COM., SUMEDANG – Belajar tentang listrik memang bukanlah hal yang mudah, khsusunya bagi siswa-siswi yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Karena biasanya pelajaran yang mereka dapat masih dibilang dasar, namun dengan perkembangan teknologi di jaman sekarang, hal itu bukan menjadi permasalahan yang dianggap sulit.
Karena selain teori yang didapat, para siswa prakteknya pun bisa langsung dilakukan. Seperti pelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP Negeri 2 Wado, Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Mereka sering sekali mempraktekan beberapa pelajaran yang didapatkan di sekolah dengan memanfaatkan alat peraga, baik dari yang ada disekolah ataupun dengan barang yang sudah tidak dipakai atau sampah.
Salah satu Guru IPA di SMPN 2 Wado, Tati Handayani mengatakan, dirinya mendelegasikan tugas membuat Bel listrik kepada anak didiknya Kelas 9 untuk lebih memahami cara kerja elektromagnetis, dan lebih berpikir keras tanpa menggunakan alat yang sudah ada di pasaran. Selain itu tentu saja menjadi nilai tambahan untuk memperbaiki nilai IPA dimasing-masing siswa-siswinya.
“Yang menarik dari para siswa-siswi ini adalah, ketika mereka diberi tugas selalu bersemangat melaksanakannya. Karena mereka tahu selain memperbaiki nilai yang kurang juga untuk dipergunakan di rumah mereka masing-masing,” kata Tati.
Tati menuturkan, praktek membuat Bel listrik dari barang bekaspun segera dimulai pada hari yang telah ditentukan. Pagi-pagi sebelum masuk kelas, berbekal kaleng susu, papan triplek, paku, kabel, dinamo, serta beberapa bahan lainnya, para siswa sudah sibuk dengan pekerjaanya masing masing. Mereka terlihat sangat antusias dengan pekerjaanya.
Tati menjelaskan, praktek membuat bel listrik ini dimaksud mengajak murid-murid yang tadinya malas belajar menjadi bersemangat. Karena mereka belajar dari sesuatu yang konkrit. Dengan merakit satu persatu, mereka dapat mengetahui dari mana arus listrik mengalir, dan bagaimana alat dan bahan itu bisa bekerja.
“Iya bagaimana alat dan bahan itu bekerja hingga bisa menghasilkan bunyi yang dihasilkan, dan bisa bergerak maju mundur memukul kaleng sehingga berdering, mereka bisa bermain dengan logika mereka,” jelasnya.
Selain itu, praktek ini juga mengajarkan mereka tentang kesungguhan mengerjakan pekerjaan. Bel listrik ini tidak jarang gagal dirakit dalam satu kali percobaan. Banyak sekali dari mereka yang gagal membuat rakitannya berdering akan mengamati apa yang kurang tepat dari rakitan mereka, dan belajar dari kesalahan tersebut.
“Tidak itu saja, siswa yang lemah di teori ternyata banyak sekali yang mendapat nilai tinggi di praktek membuat bel listrik. Beberapa dari mereka mengatakan sudah terinspirasi untuk menjadi mekanik atau teknisi elektro karena berhasil membuat tugas IPA ini,” ucapnya.
Mereka menikmati apresiasi keberhasilan dan menyakini bahwa biarpun mereka kurang menguasai pelajaran teori, tetapi mereka mempunyai bakat dalam hal lain dengan cara berbeda. Entah itu merakit rangkaian, melakukan trouble shooting, ataupun bentuk yang lain.
“Memang jika meniru yang sudah ada tentunya tidak ada tantangan buat para siswa berpikir, karena semua sudah tersedia dan mudah didapat. Kali ini saya menekankan kepada mereka untuk mencari bahannya sendiri tanpa membeli, biar nantinya mereka terlatih dengan sendirinya tentang kesulitan yang dihadapi,” ujar Tati.
Sementara itu dikatakan Lubi dan Fahri, pelajar yang ikut dalam praktek pembuatan bel listrik itu, mengaku sangat senang dengan adanya kegiatan prakatek ini. Karena mereka dituntut kreatif tanpa mengandalkan bahan-bahan yang sudah ada dalam pembuatannya.
“Dengan dilakukannya praktek pembuatan bel listrik ini, kami disini dituntut berpikir se-kreatif mungkin, karena bu guru mewajibkan bahan bahannya jangan dari yang mudah didapat, tapi harus nyari sendiri. Makanya kami mencoba dengan memanfaatkan bahan yang ada dirumah yang sudah tidak terpakai, hingga dibuat sampai berhasil,” kata Levi dan Fahri.