JURNALSUMA.COM., SUMEDANG – Para perajin tahu terancam gulung tikar pasca harga kedelai yang terus merangkak naik. Seperti yang dialami salah satu perajin Tahu Sumedang di kawasan Jalan 11 April, Desa Rancamulya, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Sejak harga kedelai yang mengalami kenaikan hingga mencapai Rp.11.000 perkilogram, berimbas pada meningkatnya biaya produksi dari biasanya. Sehingga omzet mengalami penurunan hingga mencapai 70 persen.
Salah seorang perajin Tahu, Rudi mengatakan, selain akibat kenaikan bahan baku kedelai, penurunan omzet juga diperparah dengan adanya kelangkaan. Dan tingginya harga minyak goreng kemasan di pasaran ditambah dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
“Omzet sekarang turun sampai 70 persen ditengah pandemi ini, apalagi sekarang harga minyak goreng sulit didapat dan harganya juga tinggi,” kata Rudi.
Untuk mensiasati kondisi tersebut, kata Rudi, dirinya pun terpaksa menaikan harga tahu, dari harga semula Rp. 500 per biji menjadi Rp. 700 per bijinya untuk menutupi biaya produksi yang mengalami pembengkakan.
“Kita sekarang coba siasati dari ukuran dan harga, sekarang per biji kita jual Rp. 700, omzet masih turun,” ucapnya.
Rudi berharap, pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga kacang kedelai bisa kembali normal seperti biasanya. Agar perajin tahu bisa menyesuaikan harga jual dan eceran.
“Harapan pedagang harga normal kembali dan stabil tidak seperti sekarang,” ujarnya.